Senin, 06 Februari 2012

TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENDIDIKAN


IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)         
DI SEKOLAH



A. Pendahuluan.
            Pilkada Jawa Tengah Telah selesai beberapa bulan yang lalu. Gubernur baru telah terpilih. Visi dan misi gubernur terpilih ketika kampanye adalah “Pendidikan Murah dan Bali ndeso mbangun deso”. Program stategis untuk mewujudkan visi misi adalah 1). Jawa sebagai provinsi vokasi. 2). Wajib belajar 12 tahun ( rintisan ) dan 3). Peningkatan kualitas guru ( kualivikasi, kompetensi dan sertifikasi guru )`.
            Proninsi JawaTengah sebagi provinsi Vokasi mempunyai maksud ; “ provinsi yang dapat menjadi pusat koordinasi dan kebijakan pendidikan kejuruan yang bermutu dan akses masyarakat yang tinggi untuk menghasilkan tenaga kerja yang professional dan terciptanya masyarakat yang produktif untuk dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan sekaligus mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi “(Drs. Kartono, MPd : 2008). Jadi kata kuncinya adalalah “bagaimana menciptakan Sekolah Menengah Kejuruan yang bermutu sehingga diharapkan mempunyai dampak ( out come ) terhadap pengurangan angka pngangguran di Jawa Tengah dan sebagai goal nya  dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
            Sekolah yang bermutu  ditentukan oleh Input yang baik, proses yang akuntabel, output yang kompeten sehingga mempunyai out come yang positif terhadap peserta didik secara pribadi maupun masyarakatnya. Untuk mendapatkan sekolah yang bermutu, sekolah harus  mengedepankan kualitas  ( mutu )  dalam proses manajerialnya dan pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas ini, sekarang telah berkembang sebuah pendekatan, khususnya  dalam proses menejerial, yaitu apa yang disebut Total Quality Manajemen (TQM).

            Edwar Sallis dalam bukunya Total Quality Managemen in Education memberi gambaran ;  TQM dapat digunakan untuk menggambarkan  dua gagasan yang agak berbeda tetapi saling berkaitan.  Pertama, adalah filsafat  perbaikan terus menerus ( continual improvement ). Kedua, arti yang saling berkaitan menggunakan TQM untuk menggambarkan  alat dan teknik, seperti  brainstorming dan analisis lapangan, dimana digunakan untuk meletakkan perbaikan kualitas ke dalam tindakan. TQM baik dalam konteks pikiran ataupun aktivitas praktis – merupakan sikap  dari pikiran dan  metode perbaikan terus menerus ( Edward Sallis , 2004 : 35). DR, Joseph Juran  mengajukan pengertian  bahwa system yang bermutu adalah berfokus pada orientasi pasar ( market oriented ) dan kepuasan pelanggan ( customer satisfaction ).
            Kata kunci dari TQM (= dalam kesempatan lain diartikan Sistem Manajemen Mutu ) adalah “kepuasan pelanggan”. Untuk mewujudkan kepuasan pelanggan harus melalui pengelolaan proses yang baik. Manajmen mutu  pada dunia pendidikan adalah perlu untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap peserta didik ( learner ), Orangtua dan lmbaga tekait sebagai pelanggan dari luar (eksternal customer). Manfaat TQM bagi sekolah antara lain :
1.  TQM dapat membantu sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik kepada siswa, orang tua dan lembaga terkait.
2.  Sebagai upaya mereformasi pendidikan, peningkatan mutu melalui TQM  merupakan cara mendasar untuk memenuhi persyaratan pelanggan (akuntabilitas public )
3.  Meningkatkan kegairahan dan tantangan bagi guru dan siswa dalam lingkungan belajar mengajar yang tidak puas dengan sekedar nilai “ cukup baik “
            Pelaksanaan TQM di  Sekolah Menengah Kejuruan kebanyakan adalah berstandar ISO 9001 : 2000, yang menerapkan 8 prinsip manajemen ;
1.  Customer Focus ( perhatian pada pelanggan )
2.  Leadership ( kepemimpinan )
3.  Involevment of people  ( pelibatan banyak orang )
4.  Process approach to management ( pendekatan manajemen proses )
5.  System approach to management ( pendekatan system ada manajemen )
6.  Continual improvement ( perbaikan yang berkelanjutan )
7.  Factual approach to dicision making ( pengambilan keputusan berdasarkan fakta ) dan
8.  Mutually beneficial supplier relationship ( hubungan pemasok yang saling menguntungkan )
            Pada Kesempatan ini kita akan membatasi pada permasalahan manajemen mutu terpadu ( TQM )  yang berhubungan dengan pendidikan terutama Sekolah Menengah Kejuruan sebagai upaya mendukung proses menjadikan Jawa Tengah menjadi provinsi vokasi.

B. Pengartian Manajemen.
            Diambil dari  Wikipedia, ensykoledia bebas (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen );      Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Menurut Minzberg ( 2004 ) ; manajemen adalah kegiatan yang menggabungkan antara seni, craft dan science. Art atau seni  adalah kreatifitas menggabungkan antara visi dan “tanda”,  sedang craft adalah  keahlian menghubungkan seni ( = seni memanaj ) kedalam ekspresi yang nyata dan science  merupakan upaya membuat analisa dan penilaian yang sistematis.( dari makalah power point Prof. DR. M. Wahyudin,9/10/2008 )

C. Pengertian Kualitas (Quality)
            Kualitas (quality) sering disama artikan dengan mutu. Kualitas sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sampai sekarang, baik di dunia industri barang atau industri jasa, belum ada definisi yang sama tentang kualitas. Goetsch dan Davis mengibaratkan bahwa kualitas itu seperti halnya pornografi, yaitu sulit didefinisikan, tetapi fenomenanya atau tanda-tandanya dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan nyata.
Setiap orang dan organisasi memiliki pengertian kualitas yang berbeda-beda. Misalnya Fred Smith, CEO General Expres, mengartikan kualitas adalah kinerja standar yang diharapkan oleh pemakai produk atau jasa (customer). Menurut General Servis Administration (GSA); kualitas adalah pertemuan kebutuhan customer pada awal mula dan setiap saat. Sementara menurut W. Edward Deming, salah seorang pioner kualitas menyatakan bahwa kualitas itu memiliki banyak kriteria  yang selalu berubah. Namun demikian, definisi kualitas yang diterima secara umum mencakup elemen-elemen berikut :1) mempertemukan  harapan pelanggan (customer), 2) menyangkut aspek produk, servis, orang, proses dan lingkungan, dan 3) kriteria yang selalu berkembang yang berarti bahwa sebuah produk  sekarang termasuk berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi berkualitas. Jadi, kualitas adalah sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan dengan produk, servis, orang, proses, dan lingkungan.
            Menurut Edward Sallis, kualitas itu memang sesuatu yang tarik menarik antara sebagai konsep yang absolut dan relatif. Namun, ia menegaskan bahwa kualitas sekarang ini lebih digunakan sebagai konsep yang absolut. Karena itu, kualitas mempunyai kesamaan arti dengan kebaikan, keindahan, dan kebenaran; atau keserasian  yang tidak ada kompromi. Standar kualitas itu meliputi dua, yaitu; kualitas yang didasarkan pada standar produk/jasa;  dan kualitas yang didasarkan pada pelanggan (customer). Kualitas yang didasarkan pada produk/jasa, memiliki beberapa kualificasi : 1) sesuai dengan spesifikasi, 2) sesuai dengan maksud dan kegunaannya, 3) tidak salah atau cacat, dan 4) benar pada saat awal dan selamanya  (Goetsch, David L dan Stanley B. Davis, 2000 : 48-49),  Sementara itu, kualitas yang didasarkan pada customer, mempunyai kualifikasi; 1) memuaskan pelanggan (costomer satisfaction), 2 melebihi harapan pelanggan, dan 3) mencerahkan pelanggan ( Edward Sallis, 1993 : 22)
            Menurut Crosby, kemutlakan bagi kualitas adalah: 1) kualitas harus disesuaian sebagai kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan, bukan sebagai kebaikan, juga bukan keistimewaan, 2) sistem untuk menghasilkan kualitas adalah pencegahan bukan penilaian, 3) standar kerja harus tanpa cacat, bukan “cukup mendekati tanpa cacat”, 4) pengukuran kualitas merupakan harga ketidaksesuaian, bukan pedoman. Karena itu, menurut  tokoh yang sangat terkemuka dengan gagasan kualitas ini, bahwa  manajemen adalah penyebab setidak-tidaknya 80 % masalah-masalah kualitas di dalam organisasi. Karena itu, satu-satunya jalan memperbaikinya adalah melalui kepemimpinan manajemen.Crosby memberikan “vaksin kualitas” (Quality vaccine), yaitu:  1) Tujuan: manajemen merupakan satu-satunya alat yang akan mengubah citra organisasi, 2) pendidikan: membantu semua komponen organisasi mengembangkan satu pengertian umum tentang kualitas dan memahami peran mereka masing-masing di dalam proses perbaikan kualitas, 3) penerapan: membimbing dan mengarahkan program perbaikan. 

D. Total Quality Management (TQM)
            Pengertian kulitas terpadu seperti di atas, memberikan kerangka yang jelas bahwa hakekat Total Quality Management  (TQM)  atau manajemen kualitas terpadu sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management) yang berorentasi pada kualitas. Tujuan (goal) yang akan dicapai dalam organisasi dengan budaya  TQM adalah memenuhi atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau diinginkan (desire) oleh pelanggan.
            Dengan demikian, TQM dapat diartikan sebagai pengelolaan kualitas semua komponen (stakehorder) yang berkepentingan  dengan visi dan misi organisasi.  Jadi, pada dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan ataupun pemaksaan, tetapi TQM adalah lebih dari usaha   untuk melakukan sesuatu yang benar setiap waktu, daripada melakukan pemeriksaan(cheking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan. TQM bukan bekerja untuk agenda orang lain, walaupun agenda itu dikhususkan untuk  pelanggan (customer)  dan klien. Demikian juga, TQM bukan sesuatu yang diperuntukkan bagi  menajer senior  dan kemudian melewatkan  tujuan yang telah dirumuskan.
            “Total” dalam  TQM adalah pelibatan semua komponen organisasi yang berlangsung secara terus-menerus. Sementara “manajemen” di dalam TQM  berarti pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Mereka semua  adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya . Senada dengan pengertian ini, Lesley dan Malcolm menyatakan bahwa dalam TQM, maka semua fungsionaris organisasi, tanpa kecuali dituntut memiliki tiga kemampuan, yaitu : Pertama, mengerjakan hal-hal yang benar. Ini berarti bahwa hanya kegiatan yang menunjang bisnis demi memuaskan kebutuhan pelanggan yang dapat diterima. Kegiatan yang tidak perlu maka jangan dilanjutkan lagi. Kedua,  mengerjakan hal-hal dengan benar. Ini berarti bahwa semua kegiatan harus dijalankan dengan benar, sehingga hasil kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Ketiga,  mengerjakan hal-hal dengan benar sejak pertama kali setiap waktu. Hal ini dilandasi dengan dasar pemikiran untuk mencegah kesalahan yang timbul. Prinsipnya, menurut Lesley dan Malcolm, TQM itu merupakan suatu pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas, yang memiliki motto:  Do the right think, first time, every time, yaitu “kerjakan sesuatu yang benar dengan benar, sejak pertama kali, setiap waktu”
            Goetsch dan Davis memberikan beberapa karakteristik manajemen  kualitas : 1) komitmen total pada peningkatan nilai secara kontinyu terhadap customer, investor dan tenaga (staf), 2) lembaga memahami dorongan pasar yang mengartikan kualitas bukan atas dasar kepentingan organisasi tetapi kepentingan customer, dan 3) komitmen untuk memimpin orang dengan perbaikan dan komunikasi terus-menerus.
            Prinsipnya, TQM adalah suatu pendekatan dalam menjalankan  usaha yang mencoba untuk memaksimumkan  daya saing organisasi  melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Karena itu, TQM memiliki beberapa karakteristik: 1) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal, 2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, 3) mengggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen jangka panjang, 5) membutuhkan kerja sama tim (teamwork), 6) memperbaiki proses secara berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, 8) memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan, 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
            Lebih lanjut, Fandy Ciptono dan Anastasia menjelaskan bahwa prinsip dan unsur pokok dalam TQM , sebagai berikut:  Pertama, kepuasan pelanggan. Kualitas tidak hanya bermakna  kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu ditentukan oleh pelanggan (internal maupun eksternal). Kepuasan pelanggan harus dipenuhi dalam segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Kedua, respek terhadap setiap orang.  Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas  tersendiri yang unik. Dengan begitu, setiap karyawan dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai. Karena itu, setiap karyawan dalam organisasi diperlakukan secara baik dan diberi kesempatan untuk mengembangkan diri, berbartisipasi dalam tim pengambilan keputusan. Ketiga, manajemen berdasarkan fakta. Organisasi berorientasi pada fakta. Artinya bahwa setiap keputusan organisasi harus didasarkan pada data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep pokok berkait dengan fakta; 1)  prioritisasi (prioritization), yaitu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakaukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan demikian, dengan menggunakan data, maka manajemen dan tim dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation), atau variabilitas kinerja manusia. Data dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap system organisasi. Dengan demikian  manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Keempat, perbaikan berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan merupakan hal yang penting bagi setiap lembaga.  Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan, do, check, act).

E. Tinjauan yuridis Pendidikan di Indonesia
1.      Amanan Pembukaan UUD 1945 : “…….melindungi segenap bangsa dan selurh tumpad darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa , memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, dan keadilan social….”
2.      Tap MPR No. II/MPR/1998  tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara memuat misi pendidikan nasional : Pendidikan Nasional harus mampu menumbuhkan, meningkatkan kecerdasan dan dorongan untuk selalu menambah pengetahuan dan ketrampilan serta pengalamannya, sehingga terwujud manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri , memiliki  disiplin dan kecerdasan serta tanggung jawab sebagai warga Negara dan bangsa, beretos kerja tinggi, berwawasan keunggulandan kewirausahaan dan teknologi serta menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat sesuai dengan filsafat pancasila.
3.      Sedang tujuan pendidikan nasional dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN No. 2 tahun 1998 yang berbunyi : Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitumanusia yang beriman, dan bertaqwa terhasap Tuhan Yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
4.      Dalam UUSPN tahun 2003, Bab II, pasal 3 mencantumkan fungsi pendidikan nasional : Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan kemampuan serta pembentukanwatak dan peradapan bangsa yang bermartabat ditengah masyarakat dunia.
.                                  Pasal 4 menjelaskan Tujuan pendidikan nasional : Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
            Untuk mewujudkan tujuan pendidikan manajemen yang baik pada tingkat satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah harus berorientasi mutu . Sekolah yang bermutu adalah yang dapat memenuhi persyaratan pelanggan, memuaskan siswa, orangtua, instansi/lembaga terkait dan guru sebagai pelanggan internal

F. TQM Dalam Pendidikan
Pada era global, dimana transparansi sudah merambah di segala tempat, arus dan akses informasi begitu gencar, sehingga tuntutan terhadap produk tidak hanya bermutu, tetapi juga dampak dari produk harus diinformasikan secara trawoco ( transparan ).  Dmikian juga pada organisasi pendidikan dituntut mampu memberikan atau mengasilkan produk yang berkualitas. Produk yang bermutu mempunyai karakteritik : 1) fungsional : terkait dengan kegunaan, 2) Temporal : seperti tepat waktu, ketersediaan, akurat dll, 3) Phisical : seperti mekanik, elektrik, kimia, fisika dll, 4) Sensory : berkaitan dengan panca indra, 5) bihaviorial : Berkaitan dengan sopansantun, disiplin dll dan 6) ergonomic : berkaitan dengan keselamatan, kenyamanan, dan kesehatan. Organisasi pendidikan yang memenuhi kualitas atau mutu dapat dilihat dari beberapa aspek berikut;   1) komunikasi(communication, yaitu komunikasi antara penerima jasa dengan pemberi jasa, 2) kredibilitas (credibility), yaitu kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa, 3) keamanan (security), yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan, 4) pengetahuan kustomer (knowing the customer), yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai jasa, 5) standar (tangibles, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada kustomer  harus dapat diukur atau dibuat standarnya, 6) reliabilitas(realiability), yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa dalam memenuhi janji para penerima jasa, 7) tanggapan (responsivenerss), yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa, 8) kompetensi(competence), yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setiap orang dalam organisasi untuk memberikan jasanya kepada penerima jasa, 9) akses (access), yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh pihak penerima jasa. 10) tata krama (courtesy), yaitu kesopanan, espek, perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personel. Sementara itu, kualitas jasa juga memiliki beberapa sifat atau karakteristik, antara lain; 1) subyektif, 2) umumnya berukuran afektif,  3) mengutamakan kepemerhatian, 4) terdiri dari non-materi – bisa berupa reputasi, sikap, tata krama,  dan lain-lain, 5) tidak dapat dihitung secara kuantitatif, tetapi hanya bisa diyakini, dipercaya dan sebagainya.
            Untuk memulai mengimplementasikan manajemen mutu total ( TQM ) di sekolah adalah sebuah tugas yang sulit.  Langkah yang paling mudah adalah berpedoman pada delapan prinsip manajemen mutu :
1.      Customer focus : Organisasi / sekolah bergantung pada pelanggan, oleh karena itu hendaknya memahami betul kebutuhan ( bukan keinginan ) saat ini dan waktu akan datang dari pelanggannya dan sedapat mungkin dapat menyajikan melampaui dari kebutuhan pelanggan.
2.      Leadership : Pemimpin menetapkan kesatuan komitmen, tujuan dan arah organisasi. Hendaknya pemimpin menciptakan dan memelihara lingkungan internaltempat orang dapat melibatkan dirinya secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi/sekolah. Pemimpin harus dapat mengelola sumberdaya, yang ditunjukkan dalam 9 komponen pendidikan. : organisasi, kurikulum/KBM, Tenaga pendidik dan kependidikan, Peserta didik, sarana/prasarana, lingkungan kerja, pembiayaan/ sumber dana, teaching factory dan peran serta masyarakat. Pemimpin melaksanakan PDCA.
3.      Involvement of people : Orang pada setiap tingkatan adalah inti sari organisasi, pelibatan penuh mereka memungkinkan kemampuanya dipakai untuk kemanfaatan organisasi.
4.      Process Approach : Hasil yang dikehendaki tercapai lebih effisien bila kegiatan dan sumber daya terkait dikelola sebagai suatu proses. Organisasi harus menerapkan management process.
5.      System approach to management : Mengetahui, memahami dan mengelola proses yang saling terkait sebagai system memberi sumbangan pada keefektifan dan effisiensi organisasi dalam mencapai tujuan.
6.      Continual Improvement : perbaikan yang berkelanjutan rganisasi secara menyelurh hendaknya dijadikan tujuan tetap organisasi.
7.      Factual approach  to dicision making : keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi.
8.      Mutually benifical supplier relationship : sebuah organsasi/sekolah dan pemasoknya ( orang tua – suplaier ) saling bergantung dan suatu hubungan yang saling mengutungkan untuk meningkatkan kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai.( Ir. Agung Budi S, MM , 2003 : 5 )

G. Tanggapan Penulis
            Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu - ada juga yang memberikan  istilah “ Sistem Manajemen Mutu ( SMM )“- dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan mutu pelayanan lembaga pendidikan terhadap eksternal customer ( siswa, masyarakat, instansi pemerintah dan dunia usaha ) dan internal customer ( tenaga pendidik dan kependidikan ) , meningkatkan pencitraan lembaga pendidikan ( akuntabilitas public ) dan pencapaian tujuan pendidikan yang optimal. Penerapannya perlu commitment, concern dan continuity  yang memadai. Dan dukungan dari semua pihak – pemerintah pusat, profinsi, daerah dunia usaha dan masyarakat  sebagai stake holder , dan yang terpenting adalah kemauan yang keras dari pelaku pendidikan ( = warga sekolah ) .
           SDM kita saat ini memprihatinkan, menurut UNDP. Indonesia menempati peringkat 109 dari 174, peringkat daya saing ke 46 yang paling bawah di kawasan Asia Tenggara, Singapura ke-2, Malaysia ke-27. Phillipina ke 32, dan Tailand ke 34, dan termasuk negara yang paling korup didunia.(Indra Jati Sidi, 2000). Menurut Survei Human Development Index  sebagaimana diungkapkan oleh Yutata Hadi  Andoyo Direktur Direktorat Peguruan Tinggi Swasta Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, kualitas SDM Indonesia saat ini menduduki peringkat ke 105. Untuk ilustrasi , perangkat SDM di kawasan Asia Tenggara yaitu Singapura menduduki peringkat 25, Brunei 26, Malaysia 56, Thailand 57 dan Pilipina 77. (Jawa Post, 11 Juli 2000). Masih data  statistik yang dipaparkan Human Development Index (HDI); terdapat 60% guru SD, 40% guru SMP , 43% guru SMA san 34%guru SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selai itu 17,2% guru atau setara 69.477 guru mengajar bukan pada bidang studinya ( Masnur Muslich 2008 : 7 ) Kalau sudah demikian apa mau dikata tentang mutu. Hasil Uji Kompetensi guru yang di lakukan oleh LPMP Jawa Tengah beberapa waktu lalu menunjukkan hasil yang lebih “membahayakan “. Dari guru –guru SD yang diuji dibawah 30% yang dikategorikan lulus. Guru SMP/SMA/SMK masih dibawan 40% . Inilah kenyataan potensi pelaku pendidikan ( = guru ) yang ada saat ini. Husaini Usman ( 2002 ) memetakan  tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim . Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang telah mengadopsi prinsip – prinsip TQM ternyata tidak serta merta mendongkrak peningkatan kinerja pelaksana sekolah yang implikasinya dapat meningkatkan kompetensi siswa kita. Perubahan kebijakan, pembenahan kurikulum ternyata tidak merubah guru dalam pemakaian metode mengajar dalam KBM. Seperti iklan minuman, “ apapun kurikulumnya, metodenya tetap ceramah”- walau metode ceramah bukan tidak bagus-.
            Merubah gaya ( = baca budaya ) dalam bekerja  seseorang – apalagi orang banyak – tidaklah mudah. Gaya kepemimpinan apapun tak gampang bisa diterapkan. “Uswah” adalah barangkali yang paling munjarap. Ya, contoh etos kerja, kinarja dan perikerja dari pemimpin adalah focus dan panutan dari semua orang yang dipimpinnya. Jadi Leadership adalah 60% dari keberhasilan suatu menejemen. Kedua adalah awareness  kebijakan yang menyangkut penetapan : kebijakan mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, istruksi kerja ( = istilah yang digunakan SMM ISO 9001:2000 ) , sehingga seluruh personil organisasi paham dan mengerti tupoksinya masing-masing. Ketiga, monitoring dan evaluasi oleh personil pada kewenangan masing-masing dilaksanakan secara rutin berjangka. Keempat, internal audit mapun eksternal audit adalah cara pengukuran yang baik dalam system manajemen muutu ( TQM ) dan kelima, continual improvement.  Selalu melakukan perbaikan perbaikan manajemen secara kontinyu. Dunia selalu berubah, demikian juga dalam pengelolaanya ( manajemen ).
            Sekali lagi “Man” adalah kunci utama dari manajemen. Bila menejemen sumber daya ( = manusia ) behasil, maka sebagian permasalahan manajemen sudah teratasi. Money, materials, machines, method, dan markets.dapat diperbaharui dan dikembangkan. Dalam dunia pendidikan Indinesia dewasa ini yang menjadi permasalahan penting sebetulnya adalah “Guru”. Ya, Sumber daya guru. Bila kita mencermati hasil kajian dari UNDP  tersebut diatas, indeks kompetensi guru di Indonesia adalah sangat rendah. Bagaimana bisa mentransfer ilmu pengetahuan ( = arti mendidik ) bila the agent of change-nya  amburadul.
           Frederick Winslow Taylor (1911) telah melihat dengan cermat begaimana orang bekerja. Dia mengamati orang yang mengerjakan pekerjaan yang sama dengan cara yang berbeda-beda hasilnya hanya sepertiga dari hasil yang semestinya . Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan  (wikipedia : manajemen ilmiah ). Dalam hal ini setiap pekerjaan harus ada standerisasi;  sasaran  mutu, pedoman mutu, prosedur induk dan instruksi kerja. Itulah prinsip dasar dari TQM.
            Implementasi TQM di organisasi Pendidikan khususnya di sekolah negeri memang tidak mudah. Adanya hambatan dalam budaya kerja, unjuk kerja dari guru dan karyawan sangat mempengaruhi. Minat baca dan menulis guru Indonesia sangat rendah. Padahal prinsip Manajemen Mutu adalah “ tulis apa yang akan kamu kerjakan, kerjakan apa yang kamu tulis dan tulis kembali apa yang telah kamu kerjakan”. Tidak perlu dipungkiri bahwa etos kerja, kinerja dan disiplin pegawai negeri sipil di negara kita ini sangat rendah. Ini sangat mempengaruhi efektifitas implementasi TQM . Mahalnya biaya konsultan dan sertifikasi adalah kendala tersendiri. Komitmen mungkin mudah untuk mendapatkan dari seluruh warga sekolah ( civitas academica ), tetapi kontinyuitas pelaksanaan Sisten Manajemen Mutu ( TQM ) perlu pengorbanan yang significant. Budaya “heleh “  -“heleh ngene ae yo mlaku” – adalah budaya apatis yang memelukan motivasi yang kuat dan mendasar ( filosofis ) untuk membangkitkanya. Kepala sekolah sebagai supervisor kurang berani malaksanakan proses supervise yang benar. Lebih mudah memberi reward dari pada punishment

H. Penutup

            Membiasakan diri bekerja teratur, terstruktur , terarah , terkendali dan terdokumentasi  adalah pekerjaan tidak mudah. Guru dengan segala keterbatasanya diharapkan selalu berinovasi - kalau perlu berimprovikasi -, melakukan perbaikan yang terus menerus dalam perencanaan mengajar, malaksanakan  kegiatan belajar mengajar, mengevaluasi dan mengaktualisasikan profisionalitasnya. Karena guru adalah ujung tombak ( the agent of change )  dalam pelayanan kepada siswa ( mean  costomer ) dalam pencapaian tujuan pendidikan, maka tuntutan kepada guru  sangat berat. Tuntutal profisional guru adalah seberapa luas penguasaan nya terhadap ilmu ( knowlage , science and skill ) , kepribadian, etos kerja dan kinerja dan keaktifan social kemasyarakatan ( = instrument penilaian sertifikasi guru ) , masih lagi dituntut berkemampuan administerasi manajemen. Ini adalah tanggungjawab yang berat. Maka perhatian terhadap guru itu perlu. Bagai mana mau menerapkan TQM optimal bila  kondisi kompetensi dan kesejahteraan  guru masih rendah.
            Kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor harus bisa menampilkan jiwa leadership, interprenueur dan berwawasan kedepan. Harus menetapkan visi dan misi, sasaran mutu,kebijakan mutu,  pedoman mutu sekolah   dan mensosialosaikan ke seluruh warga sekolah dalam upaya melibatkan banyak orang . Sehingga semua warga sekolah mempunyai tanggungjawab sesuai kedudukanya masing-masing untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan ( customer ) dan akuntabilitas public. Kepala sekolah harus mengerti dan mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam menjalankan roda manajemen sekolah. Kepala sekolah harus mengerti apa yang dibutuhkan orang tua murid, pemerintah, pemakai lulusan , guru dan karyawan.
            Masyarakat harus paham dan mengerti kebutuhan sekolah mengenai; kurikulum, pengelolaan dan pembiayaan sekolah.  Peran serta  masyarakat terhadap dunia pendidikan sangat perlu . Karen muara pendidikan adalah kembali kepada masyarakat. “Jerbasuki mowo beo “. Kalau ingin puas harus mau mengeluarkan biaya yang memadai. Juga para pemakai lulusan ( DU/DI), jangan hanya mengajukan tuntutan tetapi harus peduli terhadap proses untuk mendapatkan lulusan yang baik. DU/DI harus mau memberi masukan berupa : informasi kebutuhan tenaga kerja standar, kurikulum , sarana prasarana dan dana untuk pembiayaan sekolah.
            Akhirnya pemerintah diharapkan melulusakan 20% APBN nya  sesuai amanat konstitusi, 


DAFTAR PUSTAKA


Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management.
(Yogyakarta: Andi Cet. ke-2) 
Goetsch, David L dan Stanley B. Davis, 2000,  Quality management: Introduction to
Total Quality Management for Production, Processing, and Service. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Maksum, Ali dan Luluk Yunan Rohendi,2004 , Paradigma Pendidikan Universal di era
modern dan post modern. Yogyakarta.  SircisoD
Kartono,Drs,MPd . 2008. Berpacu Meningkatkan Mutu . Makalah disampaikan dalam             Rapat Koordinasi Kepala SMK Se Jawa Tengah.
Muslich, Masnur,2008,  KTSP : Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta.  PT. Bumi Aksara ( cetakan ke tiga )
Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education.
London: Kogan Page Limited 
Wikipedia, ensykoledia bebas (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen )


SUMBER JURNAL

Eagle, Lynne and Roses Brennan, Are Students Cusromers ? TQM and Marketing        erspective,  Quality Assurance in Education, Bradford,2007, Vol.15, Iss.1, pd 44.           http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewReferences.do;jsessionid - diakses 18     September 2008
Fitzgerald, Ron, 2004, Total Quality Manajemen dalam Pendidikan ,     http://www.minuteman.org/topics/tqm.html- diakses 12 Oktober 2008
Kristiyanti, Dr. Theresia, 2008, Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming,             http://www.bpkpenabur.or.id/file/Hal.106-112 - diakses 12 Oktober 2008
Kurnia, Ahmad, 2008, Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management) – 1,     http://elqorni.wordpress.com/ - diakses 12 Oktober 2008
Lovlien, Cheryl A, et.al, Improving Program Documentation Quality Through tha           Application of Contonous Improvement Processes, Thorofare:Nov/Dec 2007.      ol.38, Iss 6; pg. 271, 6pgs.             http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewReferences.do;jsessionid-diakses 18            September 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar