MANAJEMEN
BERBASIS ISO DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Manajemen
Mary Parker Follet (1868-1933) mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin (2002) mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
dengan standar, terukur, wajar, terorganisir, dan sesuai dengan jadual.
Minzberg (2004) mendifinisikan
manajemen adalah kegiatan yang
menggabungkan antara seni, craft dan science. Art atau seni adalah
kreatifitas menggabungkan antara visi dan “sign”, sedang craft
adalah keahlian menghubungkan seni (=
seni memanaj) kedalam ekspresi nyata dan science
merupakan upaya membuat analisa dan
penilaian yang sistematis. Dapat disimpulkan manajemen adalah seni merencana,
mengorganisasi, menkoordinasikan dan mengontrol sumberdaya melalui bantuan
orang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan ( goals ) dengan berdasar kemampuan diri (
craft ) dan ilmu pengetahuan (science ).
B.
Pengertian Kualitas
Kualitas (quality) sering
disama artikan dengan mutu. Kualitas sebenarnya telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sampai sekarang baik di dunia industri
barang atau industri jasa, belum ada definisi yang sama tentang kualitas.
Goetsch dan Davis (2002) mengibaratkan bahwa kualitas itu seperti halnya
pornografi, yaitu sulit didefinisikan, tetapi fenomenanya atau tanda-tandanya
dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan nyata.
Deming (dalam Putro dan Mahlani. 2008), menyatakan bahwa kualitas itu memiliki banyak
kriteria yang selalu berubah. Namun demikian, definisi kualitas yang
diterima secara umum mencakup elemen-elemen berikut
:1) mempertemukan harapan pelanggan (satisfaction),
2) menyangkut aspek produk, servis, orang, proses dan lingkungan, dan 3) kriteria
yang selalu berkembang yang berarti bahwa sebuah produk sekarang
termasuk berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi berkualitas.
Jadi, kualitas adalah sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan dengan
produk, servis, orang, proses, dan lingkungan.
Menurut Crosby (dalam
Putro dan Mahlani. 2008), kemutlakan bagi kualitas adalah: 1) kualitas harus
disesuaikan terhadap kebutuhan dan harapan, bukan keinginan, 2) sistem untuk
menghasilkan kualitas adalah pencegahan bukan penilaian, 3) standar kerja harus
tanpa cacat, bukan “cukup mendekati tanpa cacat”, 4) pengukuran kualitas
merupakan harga ketidak sesuaian (non coformity), bukan
pedoman. Karena itu, menurut Crosby, bahwa manajemen
adalah penyebab setidak-tidaknya 80 % masalah-masalah kualitas di dalam
organisasi. Karena itu, satu-satunya jalan memperbaikinya adalah melalui
manajemen mutu terpadu.
C.
TQM Dalam Pendidikan
Pengertian
kulitas seperti di atas, memberikan kerangka yang jelas bahwa hakekat total
quality management (TQM) atau manajemen mutu terpadu
sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy
of management) yang berorentasi pada kualitas. Tujuan (goals) yang
akan dicapai dalam organisasi dengan budaya. TQM adalah memenuhi
atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang
diharapkan atau diinginkan (desire) oleh pelanggan.
Sekolah yang bermutu ditentukan oleh Input yang unggul, proses yang akuntabel, output yang kompeten sehingga mempunyai outcome yang positif terhadap siswa secara pribadi maupun masyarakatnya.
Untuk mendapatkan sekolah yang bermutu, sekolah harus mengedepankan kualitas (mutu)
dalam proses manajerial dan pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan
persoalan kualitas ini, telah berkembang sebuah pendekatan - khususnya dalam proses manajemen -
yaitu apa yang disebut manajemen mutu
terpadu (total quality manajemen = TQM).
Kata kunci dari TQM adalah
paradigma “customer focus, continual improvement dan total participation”.
Untuk mewujudkan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sekolah
harus memahami kebutuhan dan harapannya -yang sering dinamakan persyaratan
pelanggan- juga selalu melakukan evaluasi sebagai dasar melaksanakan perbaikan
berkelanjutan. Hal tersebut dapat dicapai dengan melibatkan seluruh warga
sekolah dalam mencapai tujuan. Manajmen mutu pada dunia pendidikan dipandang
perlu untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap peserta didik (learner), Orangtua dan lembaga tekait
sebagai pelanggan dari luar (eksternal
customer).
Manfaat TQM bagi sekolah
diharapkan dapat membantu sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan yang lebih
baik kepada peserta didik, orang tua dan lembaga terkait. Dapat juga
dimanfaatkan sebagai upaya mereformasi pendidikan, peningkatan mutu melalui TQM
merupakan cara mendasar untuk memenuhi persyaratan pelanggan (akuntabilitas
publik). Meningkatkan kegairahan dan tantangan bagi pendidik dan peserta didik
dalam lingkungan belajar mengajar yang tidak puas dengan sekedar nilai “ cukup
baik “
Untuk memulai
mengimplementasikan TQM di sekolah adalah sebuah tugas yang
sulit. Langkah yang paling mudah adalah berpedoman pada delapan
prinsip manajemen mutu: 1). Customer
focus, 2). Leadership, 3). Involvement of people, 4). Process Approach, 5) System approach to management, 6). Continual Improvement, 7). Factual approach to dicision making, 8). Mutually benifical supplier relationship .(Abdul
Qohar, 2008:14)
Organisasi/sekolah
bergantung pada pelanggan (customer), oleh karena itu hendaknya organisasi
memahami betul kebutuhan dan harapan saat ini dan waktu akan datang dari
pelanggannya dan sedapat mungkin dapat menyajikan melampaui dari kebutuhan
pelanggan. Pemimpin (Leader) menetapkan kesatuan komitmen, visi, misi, tujuan
dan arah organisasi. Pimpinan menciptakan dan memelihara lingkungan internal
tempat orang dapat melibatkan dirinya secara penuh dalam mencapai tujuan
organisasi/sekolah. Pmpinan harus dapat mengelola sumberdaya, yang ditunjukkan
dalam 9 komponen pendidikan. : organisasi, kurikulum/KBM, tenaga pendidik dan
kependidikan, peserta didik, sarana/prasarana, lingkungan kerja, pembiayaan/sumber
dana, teaching factory dan peran serta masyarakat. Pimpinan memastikan
manajemen berproses dalam tahapan PDCA (plan, do, check atau study, dan action).
Pimpinan harus
menetapkan Visi, Misi, Motto organisasi, serta menetapkan strategi mana yang
dipilih dalam upaya pencapaian tujuan (visi). Langkah perencanaan sangat perlu
sebagai acuan operasi manajemen organisasi atau dalam hal ini sekolah. Pimpinan
memantau dan men-supervisi proses implementasi “perencanaan” yang telah ditetapkan. Sebagai bentuk komitmen
terhadap rancangan, maka proses harus berjalan dengan taat azas. Hasilnya di
evaluasi dan dipelajari sebagai dasar melakukan tindakan atau perbaikan yang
berkelanjutan. Perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement)
sekolah sebagai organisasi secara menyeluruh, hendaknya dijadikan program tetap
organisasi. Selalu mengambil keputusan didasarkan pada analisis data dan
informasi (factual approach to dicision
making).
Orang pada
setiap tingkatan adalah inti sari organisasi sekolah, Pelibatan penuh seluruh
fungsionaris (Involvement of people)
memungkinkan kemampuanya dipakai untuk kemanfaatan organisasi. Budaya kerja yang melibatkan semua orang
dalam organisasi berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan diusahakan kondusif. Lesley dan Malcolm (dalam Putro dan
Mahlani, 2008) menyatakan bahwa dalam TQM, maka semua fungsionaris organisasi,
tanpa kecuali dituntut memiliki tiga kemampuan, yaitu : mengerjakan
hal-hal yang benar, dengan benar, dan dengan benar sejak pertama kali setiap waktu. Hal ini dilandasi dengan dasar
pemikiran untuk mencegah kesalahan yang timbul. Prinsipnya, menurut Lesley dan
Malcolm, TQM itu merupakan suatu pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan
manajemen aktivitas, yang memiliki motto: Do the right think,
first time, every time, yaitu “kerjakan sesuatu yang benar dengan
benar, sejak pertama kali, setiap waktu.
Hasil yang
dikehendaki tercapai lebih effisien bila kegiatan dan sumber daya terkait
dikelola sebagai suatu proses. Organisasi harus menerapkan manajemen proses (process aproach ). Dengan
mengetahui, memahami dan mengelola proses yang saling terkait sebagai system
memberi sumbangan pada keefektifan dan effisiensi organisasi dalam mencapai
tujuan.
Proses manajemen
mutu terpadu dapat dijelaskan seperti gambar 1 berikut :
DIAGRAM
PROSES MANAJEMEN MUTU TERPADU
Perbaikan Berkelanjutan dari
Sistem Manajemen Mutu
(continual
Improvement)
|
Pelanggan
Persyaratan
|
Pelanggan
|
Tanggung Jawab Manajemen
|
Sumber Daya Manusia
|
Realisasi Produk
|
Pengukuran,
Analisis, dan Perbaikan
|
Produk
|
Persyaratan
(customer requeriment)
|
Kepuasan
( customer
satisfaction)
|
Modifikasi dari sumber : Abdul Qohar,. 2008.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan
Penerapanya di Sekolah
Menengah Kejuruan. PT TUV
Internasional Indonesia
|
Untuk dapat
membuat perencanaan yang baik, sekolah harus meng- identifikasi kebutuhan dan
harapan (persyaratan) pelanggan (customer requeriment). Dari hasil
melakukan identifikasi persyaratan dapat dirancang tanggungjawab sekolah (responsibility). Dengan melibatkan
seluruh fungsionaris sekolah, digerakkan untuk merealisasikan produk. Yang
dimaksud realisasi produk sekolah adalah kurikulum dan lulusan. Seluruh proses
yang terjadi dievaluasi dan dipelajari sebagai dasar untuk mencapai kepuasan
pelanggan, atau untuk dilakukannya perbaikan yang berkelanjutan.
Sekolah dan
pemasoknya (orang tua) saling bergantung dan suatu hubungan yang saling
mengutungkan (mutually benifical supplier
relationship) untuk meningkatkan kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai
(value). Sebagai implementasi TQM
digunakan standar kualitas dari ISO, khususnya ISO 9001.
D.
ISO 9001 dalam Pendidikan
Sebenarnya ISO
sendiri pertama kali disusun untuk kebutuhan industri manufaktur. Secara
perlahan ISO 9001 diterapkan pada institusi pendidikan. Hal ini banyak menuai
kritik pada awalnya. Akan tetapi semakin lama dengan adanya tuntutan kualitas
pendidikan dan manajemen pendidikan, sistem manajemen mutu ISO 9001 banyak
dipakai di beberapa negara. Di Amerika Serikat sistem manajemen mutu ISO 9001
diterapkan pada institusi pendidikan pada tingkat distrik, dan tidak
keseluruhan institusi sebagai organisasi, akan tetapi parsial pada bagian
tertentu saja.
Inggris dan
negara lain selain Amerika, adopsi sistem manajemen mutu ISO di fasilitasi
pemerintah. Bahkan di Inggris lebih ketat dalam penerapan sistem manajemen mutu
ISO 9001 ini. Hal ini dikarenakan di Inggris memiliki sistem pendidikan yang
terkontrol dan sentralistik. Inggris memiliki kurikulum nasional, sistem ujian
nasional, dan sebuah sistem di sentralisasi dan desentralisasi yang memasukkan
bilangual dan pendidikan agama dalam kurikulum, dan wajib belajar sampai umur
16 tahun (di Amerika 18 th, di Indonesia tidak 12 th, setingkat SMP ).
Thonhauser dan Passmore (2008, hal 159) memaparkan, berdasarkan pemindaian dari
beberapa literatur penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 pada institusi
pendidikan dinegara-negara lain. Di Thailand, sistem manajemen mutu ISO
diterapkan pada pada sekolah privat (Ayudhya, 2001), pada Technion-Israel
Institut of Technology (Waks & Moti, 1999), pada private education
institutions and higher educatioan di Turkey (Gozacan Borahan &
Ziarati, 2002), dan pada sistem pendidikan di Hongkong (Kin-Keung Chang &
Lai, 2002).
ISO 9001 series adalah
sebuah standar mutu internasional yang dipakai untuk membantu sebuah organisasi
dalam mengidentifikasi, menyelesaikan dan mencegah ketidak sesuaian, dan
mengupayakan perbaikan yang berkelanjutan (Sigh and Sareen, 2006). Sejak tahun
1987 telah dilakukan empat kali revisi, sehingga dikenal ISO 9001 : 1987, ISO
9001:1994, ISO 9001:2000 dan ISO 9001:2008. ISO 9001:2008 di rancang mendekati
kebutuhan sektor pelayanan pendidikan.
Menurut Kantner
(dalam Thonhauser dan Passmore, 2006), Standar internasional ISO 9001 adalah
dokumen yang mengarahkan sistem manajemen mutu secara tidak spesifik, bersifat
generik yang dapat di terapkan bermacan organisasi penghasil produk maupun jasa
. Sebelum menerapkan ISO 9001,
organisasi harus menyiapkan dokumen-dokumen seperti; quality manual, prosedur
pendokumentasian dan form-form, dokumen instruksi kerja, dan dokumen informasi
pembantu lainya. Setelah memenuhi persyaratan dokumentasi maka dilakukan audit
internal dan eksternal untuk memeriksa kecukupan dokumen. Dari hasil audit
eksternal, maka sebuah organisasi akan ditentukan berhak atas sertifikasi atau
tidak. Sertifikat dimaksud dikeluarkan sebuah badan nirlaba yang telah mendapat
pangakuan.
Konsep kualitas
ternyata sudah ada pada jamanya masyarakat Mesir kuno dan Sumeria, dengan
ditemukanya alat ukur dari kayu dan batu. Pada abad 14 pada kerajaan Romawi,
China, India dan dunia Islam telah mengenal standarisasi, hingga raja Inggris
pernah membuat standar untuk emas dan perak. Baru pada abad 19 Frederick Winslow
Taylor membuat stadar-standar dengan menggunakan prinsip ilmu pengetahuan (
Hoyle, dalam Thonhauser dan Passmore, 2006 hal.158).
sumber : Abdul Qohar,. 2008. Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan Penerapanya di
Sekolah Menengah Kejuruan. PT TUV Internasional Indonesia.
Setelah perang
dunia kedua, barulah kesadaran akan standar kualitas muncul kepermukaan dengan
jelas. Perancis, Jerman Jepang dan Inggris berlomba untuk membuat satuan
standar. Di Inggris dikenal standarisasi menurut BS 5750, Amerika memiliki
standar ANSI ( American National Standards Institute), dikenal standar mutu
ANSI seri 90. Tahun 1947 ketika BS 5750
mulai di populerkan kemanca negara, maka 25 asosiasi standarisasi nasional
seluruh dunia menetapkan International for
Standardization Organisation (ISO), standar kualitas secara internasional
(Loya&Boli, 1999)( ibid. 158)
Tahun 1987, ISO
9000 diciptakan. Sebelumnya banyak negara mengadopsi standar dari BSI (British Standards Institute) dari
Inggris atau dari CEN (European Committee
for Standardization Commission). Antara tahun 1987 hingga 1994 dari BSI dan
CEN disubtitusikan dan direvisi, dan telah dipakai di 60 Negara. Keanggotaan
badan nirlaba standarisasi yang berpusat di Genewa, Swiss ini bisa negara, suatu
Badan Milik Negara atau perorangan. Hingga tahun 2000 disusunlah standar mutu
ISO 9001:2000, yang masa berlakunya sampai Nopember 2009. Sekarang telah
berlaku ISO 9001:2008.
Keluarga ISO
9000 terdiri dari ISO 9001:2008 tentang persyaratan sistem manajemen mutu, ISO
9000:2005 tentang dasar dan kosakata sistem manajemen mutu, dan ISO 9004:2000
tentang arahan untuk peningkatan kinerja sistem manajemen mutu, yang akan
diganti dengan ISO/D/S 9004:2008 berisi tentang pengelolaan untuk
mempertahankan kesuksesan suatu organisasi yang merupakan pendekatan manajemen
mutu.
Empat prinsip
mempertahankan kesuksesan institusi pendidikan (IWA2 :2007,E); (1) Creating learner value, (2)
focusing on social value, (3) Agility, dan (4) Autonomy.
Menciptakan nilai peserta didik dimaksudkan mendorong peserta didik merasa
terpuaskan dengan nilai yang mereka terima. Kepuasan terukur berdasarkan tingkat
terpenuhinya kebutuhan dan harapan peserta didik. Hasil pengukuran ini membantu
organisasi sekolah untuk meningkatkan nilai melalui peningkatan beberapa proses
untuk menciptakan nilai bagi peserta didik.
Fokus pada nilai
sosial adalah bagaimana para peserta didik dan bagian-bagian lain menunjukan
perhatianya akan etika, keamanan, dan konservasi lingkungan. Sekolah sebagai
organisasi dapat memastikan dapat mendorong pertumbuhan hanya ketika masyarakat
yang lebih besar menghargai output nilai dari para peserta didik. Kecerdasan
adalah bagian penting menopang pertumbuhan dalam perubahan lingkungan
pendidikan yang cepat dan menciptakan kesempatan baru untuk mempertahankan
kesuksesan dalam pendidikan. Sedang Autonomy didasarkan pada analisis keadaan sebenarnya
dan evaluasi diri. Organisasi sekolah harus membuat keputusan akan nilai
sendiri dan melakukan tindakan atas dasar corak yang diinginkan sendiri.
Akibat dari
tekanan kebutuhan akan nilai, perubahan lingkungan pendidikan global, agility,
dan tuntutan autonomy, maka ISO 9001 diadopsi dalam organisasi
pendidikan. Thonhauser dan Passmore (2008, hal 159) menggambarkan pengadobsian sistem
manajemen mutu (smm) ISO 9001 di dunia pendidikan akibat dari tekanan perubahan
lingkungan pendidikan secara global dan berkurangnya sumber daya, dan tekanan
untuk para pendidik dipertemukan pada kebutuhan industri akan ketrampilan yang
lebih mumpuni, tenaga kerja yang berkualitas. Disamping itu adopsi smm ISO 9001
akibat permintaan akuntabilitas pembiayaan organisasi pendidikan oleh pemerintah dan para penyokong pendidikan.
Keuntungan-keuntungan selama penerapan smm ISO 9001 dalam lembaga pendidikan disebutkan oleh
Motwani et.al (dalam Sigh & Sareen, 2006:406) mencakup peningkatan dalam
operasi dan metode-metodenya, meningkatkan efisiensi organisasi, meningkatkan
motivasi dan dorongan pekerja untuk bekerja lebih baik. Selanjutnya Berghe
menyimpulkan adanya konsistensi dalam operasi lembaga pendidikan, meningkatkan
pengembangan dan peningkatan kompetensi pendidik, lebih banyak dilakukannya
penyadaran (awareness) akan aturan
dan tanggungjawab, alat promosi yang baik, menjadi daya tarik bagi siswa di masa depan
DAFTAR PUSTAKA
Bewoor and Pawar. 2008. Understanding the applicability of ISO 9000
Standards with respect to Total Quality Management Implementation in
Engineering Education. bewooranand@yahoo.com. (diakses 02 Pebruari 2010)
Budi S, Agung. 2003. Modul Pelatihan SMM ISO 9001:2000. Jakarta: Depdiknas ,Dirjen
dikdasmen, Direktorat Dikmenjur.
Eagle,
Lynne and Brennan, Ross. 2007. Are students customers? TQM and
marketing perspectives. Bradford: 2007.
Vol. 15, Iss. 1; pg. 44
(diakses 18 September 2008)
Kristiyanti,
Theresia, 2008, Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming, http://www.bpkpenabur.or.id/file/Hal.106-112 - (diakses 12
Oktober 2008)
Putro, Kahamim
Zarkasih dan M. Mahalani, 2008, Pendekatan Total Quality Management dalam
Pendidikan, http://mahalaniraya.wordpress.com
_(diakses 12 Oktober 2008)
Qohar, Abdul. 2008. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan Penerapanya di Sekolah
Menengah Kejuruan. PT TUV Internasional Indonesia
Quality management systems – Guidelines for the
application of ISO 9001:2000 in
education. IWA 2:2007 (E). www.iso.org
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Makmun, Abin
Syamsuddin.2006. Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan Komprehensif. (cet. Kedua). Bandung: Program Pasca
sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan Remaja Rosda Karya
Singh,
Chandadeep dan Sareen, Kuldeep. 2006. Effectiveness of ISO 9000 Satandards in Indian Educational Institutions
: a Sruvey. International Journal, Services Technology
and Management, Vol. 7, No. 4, 2006. (diakses 23 Nopember 2009)
Thonhauer, Theresa dan Passmore, David L. 2006. ISO 9000 in Education : a Comparasion
between the Unaited States and England . Research in Comparative & International
Educatiun, Vol. 1, No. 2, 2006 ( doi: 10.2304/rcie.2006.1.2.156). (diakses
23 Nopember 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar