Senin, 06 Februari 2012

TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENDIDIKAN


IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)         
DI SEKOLAH



A. Pendahuluan.
            Pilkada Jawa Tengah Telah selesai beberapa bulan yang lalu. Gubernur baru telah terpilih. Visi dan misi gubernur terpilih ketika kampanye adalah “Pendidikan Murah dan Bali ndeso mbangun deso”. Program stategis untuk mewujudkan visi misi adalah 1). Jawa sebagai provinsi vokasi. 2). Wajib belajar 12 tahun ( rintisan ) dan 3). Peningkatan kualitas guru ( kualivikasi, kompetensi dan sertifikasi guru )`.
            Proninsi JawaTengah sebagi provinsi Vokasi mempunyai maksud ; “ provinsi yang dapat menjadi pusat koordinasi dan kebijakan pendidikan kejuruan yang bermutu dan akses masyarakat yang tinggi untuk menghasilkan tenaga kerja yang professional dan terciptanya masyarakat yang produktif untuk dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan sekaligus mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi “(Drs. Kartono, MPd : 2008). Jadi kata kuncinya adalalah “bagaimana menciptakan Sekolah Menengah Kejuruan yang bermutu sehingga diharapkan mempunyai dampak ( out come ) terhadap pengurangan angka pngangguran di Jawa Tengah dan sebagai goal nya  dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
            Sekolah yang bermutu  ditentukan oleh Input yang baik, proses yang akuntabel, output yang kompeten sehingga mempunyai out come yang positif terhadap peserta didik secara pribadi maupun masyarakatnya. Untuk mendapatkan sekolah yang bermutu, sekolah harus  mengedepankan kualitas  ( mutu )  dalam proses manajerialnya dan pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas ini, sekarang telah berkembang sebuah pendekatan, khususnya  dalam proses menejerial, yaitu apa yang disebut Total Quality Manajemen (TQM).

GURU PROFESIONAL


GURU PROFESIONAL   :
Sebuah idealisme yang masih jauh dari jangkauan



Abstrak

Guru adalah penyangga pilar pendidikan yang utama.. Guru sebagai agen pembelajaran dituntut memiliki profesionalitas dan dedikasi yang tinggi. Profesionalitas guru diukur dari 4 kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi profesional guru yang utama  adalah kemempuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan . Pemerintah melalui Permendiknas  No. 18 tahun  2007  memberi batasan  guru profesional  kedalam 10 komponen portofolio.Guru yang profesional dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat pendidik, yang diseleksi berdasarkan portofolio dan/atau pendidikan dan latihan profesi guru. Peningkatan profesionalitas guru harus di ikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Key word : Guru, profesional, sertifikasi guru.

MANAJEMEN ISO


MANAJEMEN BERBASIS ISO  DALAM PENDIDIKAN


A.     Pengertian Manajemen
     Mary Parker Follet (1868-1933) mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin (2002) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan dengan standar, terukur, wajar, terorganisir, dan sesuai dengan jadual.

SOSIOLOGI 2


PARADIGMA SOSIAL
Ada tiga paradigma (menurut George Ritzer) yang kemudian menjadi faham besar dalam sosiologi (Mustofa, Chabib, http://chabib.sunan-ampel.ac.id/ ) Pertama Paradigma fakta sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Emile Durkheim dalam “The Rules of Sociological Method” (1895) dan “Suicide” (1897). Ia mengkritik sosiologi yang didominasi Auguste Comte dengan positivismenya, yang beranggapan sosiologi dikaji berdasarkan pemikiran, bukan fakta lapangan. Durkheim menempatkan fakta sosial sebagai sasaran kajian sosiologi yang harus melalui kajian lapangan (field research, bukan dengan penalaran murni semata. Teori-teori dalam paradigma ini adalah : teori Fungsional Struktural , teori Konflik, teori Sosiologi Makro, dan teori Sistem.

SOSIOLOGI 1


PARADIGMA SISTEM SOSIAL


  1. Pendahuluan
Realitas, menurut Immanuel Kant (Wignyosoebroto : http://blog.unila.ac.id /pdih /files/2009) ( Salim : 2006 )  dipisahkan menjadi dua; realitas dalam dunia noumena (in abstrcto) dan realitas dalam dunia fenomena (in concreto).  Dunia noumena adalah dunia dalam “alam ide”, sedang  fenomena adalah dunia rasional yang berada didalam “pemahaman indrawi” ( empiris ). Ada dua paham paradigmatik yang berdebat di sini tentang mana dari kedua realitas tersebut yang harus diperlakukan sebagai kebenaran pertama, dan mana pula yang harus dipahami cuma sebagai derivatnya saja.
Apakah konstruksi di alam idea manusia itu yang harus dipandang sebagai kebenaran yang sebenarnya, yang original dan mutlak sifatnya, sedangkan realitas di alam pengalaman indrawi itu hanya refleksinya yang virtual alias maya saja, sekalipun secara empirik harus juga dipahami sebagai yang “benar” (tetapi sesungguhnya bukan ‘yang sebenarnya’?). Ataukah sebaliknya, bahwa kebenaran sejati itu bermukim dialam yang indrawi, sedangkan konstruksi yang disebut ‘teori’ di alam idea manusia itu harus dimengerti sebagai refleksinya saja, sebagaimana dibangun berdasarkan hasil-hasil amatan indrawi. Debat seperti ini adalah bagaikan debat yang tak berkesudahan seperti persoalan mana yang ada terlebih dahulu, ayam ataukah telur (Soetandyo Wignyosoebroto, http://blog.unila.ac.id/pdih/files/2009).

Minggu, 05 Februari 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN 2


FILSAFAT REKONSTRUKSI  SOSIAL DALAM PENDIDIKAN


A. Faham Rekonstruksional Sosial yang Pertama
                                                 Era Postmodern  dimulai   ketika gedung Pruitt Igoe di Sint Louis sebagai simbol puncak adi arsitektur dihancurkan pada tanggal 15 Juli 1972 ( Lamert  dalam George Ritzer 2003 : i). Era modern belum klar  menyelesaikan tugasnya untuk mengantarkan masyarakatnya ke totalitas kehidupan dalam dunia sain dan dunia teknologi, namun  telah disusul pertunjukan karnaval postmodern yang merangsang masyarakatnya menjadi entitas konsumeris. Didalam dunia filsafat era modern hampir disamakan dengan dunia konstruksialisme atau strukturalisme. Dimana narasi-narasi seorang failosuf dikonstruksikan dengan kokoh dan dipercaya merupakan narasi universal. Hingga Nelson dalam bukunya ”constructivist Counterfactual Argument” menuliskan : 
                                                       Jika Ilmuwan telah memilih untuk memberikan sebuah fakta ( facthood ) atau tidak melakukannya, maka sejarah berikutnya akan merefleksikan pilihan itu dalam pandangan dunia yang konsisten dengan pilihan yang mereka buat secara faktual balik. Oleh karena itu, ” fakta ” ditentukan oleh pilihan ilmuwan, bukan oleh realitas obyektif ( Nelson dalam Andre Kukla   2003:4 )

FILSAFAT PENDIDIKAN 1


FILSAFAT PENDIDIKAN 
: SUATU RESUME


Abstrak.          
Sukar membedakan antara filsafat pendidikan dan teori pendidikan. Karena menyangkut diri manusia dan lingkungannya. Kaum Idealis berpendapat bahwa perkembangan manusia diperoleh dari pengalaman – pengalaman (experiences) pribadi dari melihat, menilai alam secara kenyataan (realitas) dan keberadaannya (eksistensi) . John Locke mengemukakan teori bahwa “ anak terlahir seperti kertas putih yang belum tertulisi (tabula rasa) – ingat hadis nabi Muhammad “ bahwa anak yang terlahir dari dalam rahim ibunya adalah fitrah (suci), dia jadi nasrani atau majusi , tergantung orang tuanya _.   Namun antara filsafat dan teori dapat dibuat suatu batasan batasan.